Jumat, 11 Maret 2011

KONSEP PENGEMBANGAN DAN CONTOH MODEL SILABUS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI NONFORMAL

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas dan keberhasilan pelaksanaan atau penerapan suatu program dipengaruhi oleh banyak faktor, satu diantaranya adalah perencanaan yang matang. Sebuah perencanaan yang matang disusun dengan mempertimbangkan kesesuaian antara kebutuhan riil sasaran dengan tujuan yang ingin dicapai, ketersediaan sarana dan tenaga pendukung, serta ketepatan waktu yang diperlukan. Hal tersebut berlaku juga untuk perencanaan pembelajaran pada program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Perencanaan pembelajaran pada program PAUD merupakan langkah awal yang sangat penting untuk memberikan arah yang tepat dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Komponen-komponen dalam Rencana pembelajaran yang meliputi tujuan yang ingin dicapai, konsep yang ingin dibangun, metode, sarana, dan rencana waktu pelaksanaan merupakan acuan bagi pendidik dalam menjalankan kegiatan pembelajaran yang sistematis.
Perencanaan pembelajaran pada program PAUD hendaknya merupakan satu kesatuan utuh yang diacu dari Standar Perkembangan dan disusun secara bertahap, dan sistematis, mulai dari Rencana Pembelajaran Tahunan (RPT), Rencana Pembelajaran Bulanan (RPB), Rencana Pembelajaran Mingguan (RPM), hingga Rencana Pembelajaran Harian (RPH).
Mengingat pentingnya fungsi perencanaan dalam kegiatan pembelajaran PAUD yang bermutu dan menyenangkan, maka perlu disusun Pedoman Penyusunan Perencanaan Pembelajaran yang dapat dijadikan acuan bagi tenaga pendidik PAUD dalam merancang pembelajaran di lembaganya.

B. Dasar Hukum
a. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;
b. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

C. Tujuan
Tujuan penyusunan pedoman ini untuk memberikan pedoman bagi pengelola dan pendidik PAUD dalam menyusun rencana pembelajaran program.

D. Batasan Istilah
a. Perencanaan pembelajaran PAUD adalah proses penyusunan rancangan kegiatan pembelajaran yang akan dikelola pendidik untuk melejitkan potensi anak.
b. Pembelajaran PAUD adalah proses interaksi antara pendidik dan anak, anak dengan anak, dan anak dengan lingkungannya melalui kegiatan bermain yang menyenangkan.

BAB II
PRINSIP PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN

A. Sesuai Dengan Tahap Perkembangan Anak
Rencana pembelajaran disusun untuk memberikan panduan dalam menyiapkan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan anak. Dengan kata lain penyusunan rencana pembelajaran harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Rencana pembelajaran yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak tidak atau kurang memberi manfaat bagi pengembangan kemampuan anak.
Sebagai contoh untuk kelompok anak usia 2 tahun yang sudah dapat berjalan dengan lancar, rencana pembelajaran yang berisi latihan berdiri tentunya tidak menantang anak untuk berkembang lebih lanjut. Sebaliknya untuk kelompok anak tersebut yang belum mengenal warna, kegiatan untuk membuat pola warna tidak akan dapat dicapai anak.
Mengetahui tahap perkembangan kelompok usia anak dapat merujuk pada Standar Perkembangan.

B. Memenuhi Kebutuhan belajar Anak
Selain memperhatikan tahap perkembangan anak, rencana pembelajaran juga harus dapat memenuhi kebutuhan belajar anak secara individu karena setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda. Meskipun pada umumnya anak pada kelompok usia tertentu ada dalam tahap perkembangan yang sama, tetapi pada kenyataannya setiap anak memiliki kekhasan masing-masing. Oleh karena itu dalam menyusun rencana pembelajaran perlu juga memperhatikan kekhasan anak secara individu.
Memahami kekhasan dan kebutuhan pembelajaran masing-masing anak dapat dilakukan melalui Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) di saat anak baru masuk program, atau dengan cara mengamati saat anak main. DDTK adalah sekelompok instrumen yang digunakan untuk mendeteksi tahap perkembangan anak. Apabila perencanaan pembelajaran disusun setelah dilakukan penilaian, maka hasil penilaian perkembangan anak dapat dijadikan dasar untuk membuat perencanaan pembelajaran berikutnya.

C. Menyeluruh (meliputi semua aspek perkembangan)
Rencana pembelajaran yang disusun harus mencakup semua aspek perkembangan anak yang meliputi: moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, dan kemandirian, bahasa, kognitif, fisik/motorik dan seni sebagai satu kesatuan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Pada pendidikan anak usia dini pengembangan setiap aspek perkembangan disampaikan dalam kegiatan pembelajaran yang terpadu dengan menggunakan tema. Contoh: dengan tema pembelajaran ”Aku”, aspek yang dikembangkan mencakup moral dan nilai-nilai agama (mengenal aku sebagai ciptaan Tuhan), bahasa (menambah kosa kata tentang aku, menceritakan keluargaku, dll), kognitif (menghitung jumlah anggota tubuh), sosial emosional (mengenal kesukaan dan ketidaksukaanku), dan seterusnya.

D. Operasional :
1. Tujuan Jelas dan dapat diukur:
Perencanaan yang dibuat harus berisi tujuan yang jelas dan ingin dicapai dalam pembelajaran. Seperti yang dipaparkan di depan, tujuan yang ingin dicapai mencakup pengembangan semua kemampuan anak. Penetapan indikator yang ingin dicapai dalam rencana pembelajaran harus bertahap dan berkelanjutan, dimulai dari indikator paling sederhana, konkrit ke yang lebih rumit. Jumlah indikator yang ditetapkan dalam tujuan pun harus dibatasi sesuai dengan kemampuan.
Tujuan yang dituangkan dalam rencana pembelajaran pun harus dapat terukur, konkrit, dan dapat diamati.
Contoh perumusan tujuan:
Untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak (Tujuan masih umum belum kongkrit).
Bandingkan dengan tujuan berikut ini:
Anak mampu menjawab pertanyaan dengan tepat (lebih kongkrit/terukur).

2. Dapat Dilaksanakan:
Perencanaan disusun sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran, karena itu penyusunan rencana pembelajaran harus dipastikan dapat diterapkan dalam pembelajaran yang menyenangkan bagi anak. Agar perencanaan dapat laksanakan maka harus memperhatikan sumber daya yang ada (SDM, sarana dan prasarana, lingkungan/muatan lokal), serta sesuai dengan tahapan perkembangan anak.

E. Mengoptimalkan Potensi Lingkungan
Salah satu tujuan PAUD adalah mengembangkan kemampuan anak dalam mengenal lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain anak diharapkan peka terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Anak dapat melihat lingkungan sebagai pusat sumber belajar, sebagai potensi yang harus dioptimalkan dan sebagai wahana yang harus dijaga kelestariannya. Karena itu pengembangan rencana belajar untuk PAUD harus berakar pada lingkungan yang ada di sekitar anak.
Lingkungan yang dimaksud disini meliputi, lingkungan fisik yakni orang-orang yang ada di sekitar anak (guru, pengelola, orang tua, masyarakat), benda-benda, tumbuhan, binatang, dan bangunan sekitarnya, cuaca, alam sekitar. Selain lingkungan fisk juga perlu memperhatikan lingkungan non fisik, yakni adat, budaya, nilai-nilai keagamaan, seni, bahasa, dan lainnya.
Lingkungan fisik maupun non fisik tersebut diatas menjadi sumber belajar yang tidak ada habisnya untuk diolah menjadi bagian dari perencanaan pembelajaran bagi anak usia dini.

Contoh:
Tema Tempat Beribadah,
Sub tema:: Masjid
Kegiatan yang akan dilaksanakan:
- Mendiskusikan perilaku yang diharapkan selama ada di masjid, kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di masjid.
- Mengajak anak langsung mengunjungi masjid untuk mengamati seluruh bagian bangunan masjid.
- Memberi kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan pengalamannya tentang masjid kedalam kegiatan-kegiatan seperti: melukis, menggambar, menyusun balok, bermain pasir, membentuk dengan playdough, menggunting, menyusun puzle, dll.
Mengoptimalkan potensi lingkungan juga dapat diartikan dengan memanfaatkan semua benda dan alat yang ada di lingkungan sebagai APE yang dapat dikembangkan sendiri oleh guru bersama anak sebagai salah satu alternatif mengatasi kekurangan atau keterbatasan APE yang dimiliki.

BAB III
KOMPONEN PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN


A. Tujuan Yang Ingin Dicapai
Pembelajaran yang direncanakan harus dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak yang meliputi: moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, kemandirian, bahasa, kognitif, fisik/motorik dan seni. Setiap aspek perkembangan memuat indikator-indikator kemampuan. Indikator kemampuan merupakan kemampuan yang lebih spesifik dan terukur.
Tujuan yang ingin dicapai diambil dari indikator-indikator dari setiap aspek perkembangan yang ada dalam Standar Perkembangan.

B. Tema.
Tema adalah kerangka bahasan untuk mengenalkan berbagai konsep, sehingga anak mampu mengenal dan membangun konsep secara utuh, mudah dan jelas. Pemilihan tema dapat berdasarkan pada; (a) kehidupan terdekat anak, (b) minat anak atau kecenderungan anak, (c) permasalahan yang dihadapi, (d) pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimiliki anak, (e) ketersediaan sumber yang dapat dipelajari dan diamati anak (orang, tempat yang dapat dikunjungi, buku-buku tentang tema), (f) ketersediaan berbagai media atau alat yang dapat dimainkan anak secara mandiri atau dengan sedikit bantuan kader/pendidik, (g) mendukung perkembangan kemampuan moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, dan kemandirian, bahasa, kognitif, fisik/motorik dan seni (h) mengembangkan, (i) mengembangkan kosa kata anak, dan (j) nilai, kepercayaan, budaya yang berlaku di masyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penentuan tema harus menyesuaikan dengan situasi dan kondisi dan tidak dibakukan. Seringkali pendidik PAUD terjebak harus menyelesaikan tema. Tema pada dasarnya hanya sebuah media yang membungkus konsep. Bungkus ini dapat diganti atau diubah, yang penting kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan.

C. Metode Yang Dikembangkan
Dalam memilih metode atau jenis kegiatan yang dapat dilakukan bersama anak yang terpenting adalah anak terlibat aktif, anak memiliki kesempatan untuk menentukan sendiri cara main, jenis main yang akan dipilihnya, dengan siapa dia bermain. Tentu saja kegiatan yang direncanakan harus menyenangkan bagi anak. Jenis main yang dapat dirancang untuk anak meliputi main sensori motor, main pembangunan dan main peran.

D. Sarana Yang Diperlukan
Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai maka diperlukan sarana yang mendukung kegiatan main. Dalam lingkup ini sarana bermain yang bermutu tidak identik dengan mahal, tetapi yang lebih penting adalah mampu mendukung tercapainya tujuan tersebut. Pendidik diharapkan mampu memanfaatkan semaksimal mungkin sumber belajar yang ada di lingkungannya. Menentukan sarana yang diperlukan harus disesuaikan dengan tujuan, konsep, dan metode atau kegiatan main yang dikembangkan.
E. Waktu
Perencanaan pembelajaran harus memperhitungkan alokasi waktu secara tepat. Berapa lama rencana ini akan diterapkan dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk setiap kali kegiatan pembelajaran. Rencana pembelajaran dapat disusun secara berjenjang dari mulai rencana pembelajaran tahunan lalu dijabarkan menjadi rencana pembelajaran bulanan, rencana belajar mingguan, hingga menjadi rencana pembelajaran harian.
Perencanaan waktu pembelajaran harian harus mempertimbangkan kebutuhan bermain anak. Lama bermain yang disarankan untuk kecukupan tersebut minimal 1 jam.
BAB IV
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN


A.Identifikasi kebutuhan bermain (Usia dan kemampuan)
Rencana pembelajaran disusun untuk memperkuat apa yang sudah dikuasai anak dan meningkatkan kemampuan anak ke tahap yang lebih tinggi. Untuk mengetahui kemampuan apa yang sudah dimiliki anak selama ini dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen DDTK atau hasil pengamatan observasi dan penilaian sebelumnya.
B. Menentukan tema
Penentuan tema dapat dilakukan oleh Tim pendidik di awal tahun, namun demikian tema tersebut tidak berarti baku, dapat berubah sesuai minat anak, dan kondisi terkini. Misalnya pada bulan Maret direncanakan mengambil tema transportasi, tetapi pada bulan tersebut ada bencana banjir, maka tema dapat berubah dari Transportasi menjadi Banjir.
Setiap tema dapat dikembangkan menjadi beberapa sub tema. Apabila satu tema akan dibahas dalam satu bulan, maka sub-sub tema dapat dibahas dalam rencana pembelajaran mingguannya. Banyaknya sub tema yang dikembangkan dari setiap tema tergantung dari berapa dalam materi tentang tema itu akan dibahas, serta seberapa besar minat anak terhadap tema tersebut.
C. Menyusun Rencana Pembelajaran

1. Rencana Pembelajaran Tahunan (RPT)
Rencana pembelajaran tahunan memuat aspek perkembangan dan indikatornya, konsep yang dikembangkan, alokasi waktu, rencana tema. Sebelum menyusun RPT, pendidik perlu merancang jadwal pelaksanaan pembelajaran tahunan.

Rencana Pembelajaran Tahunan disusun berdasarkan jadwal pembelajaran tahunan.
2. Rencana Pembelajaran Bulanan (RPB)
Setelah Rencana Pembelajaran Tahunan dibuat, langkah selanjutnya adalah membuat Rencana Pembelajaran Bulanan. Di dalamnya memuat indikator, konsep, tema, dan kosa kata. Penyusunan Rencana Pembelajaran Bulanan dapat dilakukan dengan menggunakan Webbing.
4. Rencana Pembelajaran Harian
Rencana kegiatan harian merupakan penjabaran dari rencana kegiatan mingguan. Rencana kegiatan harian selain satu topik yang dibahas pada hari tersebut, juga berisi kegiatan main apa yang akan disiapka untuk anak dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Rencana kegiatan harian dapat diulang-ulang untuk beberapa hari pembelajaran.

BAB V
RENCANA PEMBELAJARAN ANAK USIA 0-6 TAHUN

- Untuk anak usia dini segala benda adalah bahan pembelajaran. Karena itu semua benda dapat dijadikan sebagai alat dan bahan belajar sejauh tidak membahayakan anak.
- Untuk anak usia 0-3 tahun kegiatan sensori motor sangat penting. Karena itu kegiatan main dengan bahan alam memiliki prosentase lebih besar.
- Saat anak main dengan bahan alam sesungguhnya anak sedang membangun kontrol terhadap diri sendiri. Kontrol terhadap emosi, motorik, perhatian, dan emosinya.
- Kemampuan klasifikasi merupakan kemampuan dasar yang harus dibangun. Kemampuan klasifikasi dibangun sejak bayi yakni sejak ia dapat merasakan kedatangan ibunya disaat ia menangis. Ketika di toddler klasifikasi dimulai melalui klasifikasi warna, bentuk dan ukuran. Pada kelompok usia yang lebih tua klasifikasi dikembangkan menurut jenis, kelompok, manfaat, atau ciri lain yang spesifik.
- Dalam program anak usia dini termasuk toddler bukan berapa banyak sentra yang dibuka tetapi yang terpenting adalah bagaimana anak dapat belajar di dalam sentra. Pendekatan yang membolehkan anak memilih mainan yang sudah ditata guru, membolehkan anak menggunakan mainan sesuai dengan tahapannya dan dukungan guru sesuai dengan kebutuhan belajar anak.

A. Rencana Pembelajaran untuk Bayi (Lahir-1 Th)
Pembelajaran untuk bayi bersifat individual, mengikuti perkembangan masing-masing bayi. Karenanya jadwal kegiatan bayipun sifatnya individu. Perencanaan pembelajaran untuk bayi tidak disusun secara terstruktur, tetapi lebih mengikuti kemampuan yang sudah dicapai anak, dan disesuaikan dengan perkembangan yang seharusnya dicapai pada usia tersebut. Untuk mengetahui tahap perkembangan bayi pada usia tersebut dapat merujuk pada Standar Perkembangan.

Rencana Pembelajaran untuk Anak Usia 1-2 tahun

 Rencana Pembelajaran untuk anak usia 1-2 tahun harus didasarkan pada hasil observasi perilaku dan pengukuran sederhana setiap anak.
 Jadwal harian dengan beberapa kegiatan yang direncanakan harus dibawah pangawasan orang dewasa, dalam hal ini pendidik yang bertanggung jawab terhadap kelompok usia tersebut.
 Rencana pembelajaran tetap merujuk pada pengembangan semua aspek perkembangan yakni: moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, dan kemandirian, bahasa, kognitif, fisik/motorik dan seni.
 Saat anak memasuki usia 1 tahun anak sudah dapat memiliki kelompok kecil dengan bimbingan 1 guru. Anak dengan kelompok kecilnya dapat membuat kegiatan yang lebih banyak pada pengembangan motorik kasar dengan melakukan banyak kegiatan dari tempat satu ke tempat lainnya. Jenis main sensorimotor dengan berbagai tekstur dan alat serta bahan main yang beragam sangat membantu perkembangan anak.
 Rencana Pembelajaran dapat disusun untuk kegiatan di dalam atau di luar ruangan.
 Pembelajaran mencakup pengenalan banyak ragam benda dan binatang yang aman sangat baik untuk mengembangkan konsep dirinya yang positif, semangat, keseriusan, dan kepekaan terhadap dunianya.
 Rencana kegiatan makan dibimbing oleh satu orang guru tetap. Rencana kegiatan makan ini membentuk disiplin, konsep diri positif, membangun hubungan dengan kelompok, karena usia ini masih tahap sosial soliter (sendiri-sendiri). Pengalaman makan sendiri juga baik untuk mengembangkan kemampuan motorik halus dengan menekankan pada kematangan koordinasi tangan dengan alat yang digunakannya sebagai latihan untuk menulis.
 Rencana pembelajaran juga ditujukan untuk pengembangan kosa kata baru. Pengenalan kosa kata dilakukan di semua kegiatan, termasuk saat makan. Contoh: Saat hendak makan dengan kelompoknya, Pendidik mengatakan; ” kita akan makan nasi, sayur bayam, tempe, susu, pisang.” semua yang disebutkan diperlihatkan atau ditunjuk satu per satu. Lalu digunakan untuk mengenalkan hitungan. Misalnya; ”kita punya piring, sendok, gelas, ayo hitung, satu.., dua.., tiga.., empat. Semuanya empat-empat. Piring untuk Anisa, satu untuk Hamdani, satu untuk Alifa, satu untuk Alex, dan satu untuk ibu guru.” ini mengajarkan konsep hubungan satu ke satu antara benda dengan nama anak.

B. Rencana Pembelajaran untuk Anak Usia 2-3 tahun

- Rencana pembelajaran anak usia 2-3 tahun harus memperkuat kegiatan sensorimotor dan mengarah pada main peran, serta memunculkan main pembangunan.
- Jenis main anak mulai bertambah menjadi main sensorimotor, main peran, dan main pembangunan.
- Rencana pembelajaran sudah mulai dikenalkan dengan tema sebagai fokus pembahasan.
- Kegiatan pembelajaran belum sepenuhnya menggunakan pendekatan sentra, tetapi mulai dikenalkan dengan sentra.
- Kegiatan pembelajaran pada kelompok usia ini masih dibimbing oleh satu orang pendidik yang mengikuti kegiatan di semua sentra main.
- Kegiatan pembelajaran mulai dikenalkan dengan menggunakan pijakan lingkungan, pijakan sebelum main, saat dan sesudah main.
- Perkembangan bahasa anak usia ini sangat pesat, kembangkan kemampuan bahasa dalam semua kesempatan bermain dengan anak.
- Kemampuan utama yang diperlukan guru anak usia 2-3 tahun (toddler) adalah kemampuan klasifikasi dan penggunaan bahasa kepada anak.
- Mainan untuk kelompok anak usia 2-3 tahun perlu ditata untuk mendukung anak agar bisa main sendiri dan main berdampingan.

Contoh Rencana pembelajaran

Tema : Kendaraan
Tujuan Pembelajaran : (Diambil dari perkembangan dasar)
Konsep dan Kosakata : roda, setir, mengendarai, truk, bus, mobil, klakson, berisik, suara, terang, besar, cepat, lambat, hati-hati, jalan raya, aman, tempat duduk di mobil.

Sentra Main Peran
Alat main yang digunakan:
1. truk dan mobil-mobilan kecil
2. buku tentang truk dan mobil
3. instrumen musik sederhana untuk menyanyi tentang truk dan mobil
4. puzzle truk dan mobil
5. baju seperti pemadam kebakaran atau sopir bus
6. meja kecil dengan boneka, popok, botol susu, oto, topi bayi
7. telepon di meja lainnya

Sentra Memasak
Alat main yang digunakan:
Dapur ditata dengan nampan-nampan dan makanan serta cangkir-cangkir.


Sentra Balok
Alat main yang digunakan:
1. balok berwarna
2. balok tanpa warna
3. truk dan mobil-mobilan kecil dari balok
4. mobil-mobilan magnetik dari plastik
5. buku tentang truk dan mobil
6. instrumen musik sederhana untuk menyanyi tentang truk dan mobil
7. puzzle truk dan mobil
8. rumah-rumah dengan mobil kecil
9. lego besar dari kayu dan plastik
10. papan tangga untuk menyusun kepingan kayu

Sentra Bahan Alam
Alat main yang digunakan:
1. meja air dengan mangkuk saringan dan binatang laut untuk 8 anak
2. krim cukur dab mobil-mobilan kecil di atas meja
3. serok dan ember dalam bak pasir
4. tabung dengan cangkir kecil isi lumpur dan serok
5. keranjang belanjaan dengan bayi
6. truk dorong
7. semprotan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar